Oleh : Soekirno
Menurut catatan sejarah, peristiwa spektakuler Isra Miraj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-10 dari masa kenabian Muhammad SAW, atau tiga tahun sebelum beliau hijrah ke kota Madinah. Ini merupakan salah satu mukjizat terbesar dari kurnia Allah SWT, sesudah kitab suci Alquran. Peristiwa agung yang dikenang dan diperingati oleh sekitar 1,5 miliar umat Islam di dunia sekarang ini memuat pesan dan makna spiritual yang sangat mendalam.
Syahdan, perjalanan spiritual Isra\' Mi\'raj Nabi Muhammad SAW dimulai dari Masjid al-Haram di Mekah ke Masjid al-Aqsha di Palestina. Kemudian dilanjutkan naik (mi\'raj) ke langit menuju Singgasana Tuhan (Sidrat al-Muntaha) dan turun kembali ke Mekah menjelang dini hari, pada malam itu juga. Hingga kini masih banyak orang beranggapan, Isra\' Mi\'raj yang nyaris menembus ruang dan waktu tersebut, terlalu sulit untuk dipahami oleh akal pikiran manusia.
Andaikata perjalanan dari Mekah ke Palestina pada masa itu (600-an Masehi) ditempuh dengan kendaraan onta, konon butuh waktu sedikitnya 2 bulan. Nabi SAW bahkan masih harus melanjutkan ke langit tertinggi. Bagaimana mungkin bisa ditempuh hanya dalam tempo semalam?
Tetapi ini dapat dipahami jika dengan pendekatan iman, bahkan bisa juga melalui pemuasan akal manusia sebagai kurnia Tuhan. Dari aspek keimanan, Isra\' Mi\'raj jelas merupakan kekuasaan Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dari segi pemuasan akal, perihal itu bisa dianalogikan dengan seekor semut yang tidak mungkin berjalan dari Jakarta sampai ke Singapura, tetapi bila ia hinggap di baju seorang penumpang pesawat Singapore Air Lines, dengan cepatnya semut tadi sampai ke kota tersebut.
Kegelapan jiwa
Muhammad lahir ketika masyarakat bangsa Arab masih terjerat jaman jahiliyah/ kebodohan. Lebih-lebih, pada ruang lingkup kehidupan keberagamaan, khususnya dalam aspek ketauhidan karena mereka sudah terjatuh ke lembah kekafiran, kesyirikan dan kemusyrikan.
Berarti mereka telah mereduksi alias mengorupsi ajaran Nabi Ibrahim yang mengesakan Allah. Akibatnya mereka bebas kembali menyembah berhala, mabuk candu dan minuman keras, berjudi, berzina, main hakim sendiri, merampok dan perbuatan keji lainnya. Tradisi buruk tersebut telah merusak seluruh norma-norma serta tatanan sosial-kemasyarakatan sebelumnya dan praktis memorakporandakan sendi-sendi peradaban bangsa Arab.
Secara maknawi, itu tidak beda jauh dengan kondisi sebagian masyarakat bangsa kita. Terutama di antara para pejabat dari elite politik dan kekuasaan yang sejak lama telah memberhalakan jabatan, uang, kekayaan dan kekuasaan. Maka modus operandi apa pun nekat dilakukan demi meraih target obsesinya, sehingga mereka lupa bahwa didirikannya negara adalah untuk menyejahterakan rakyat. Akibatnya, mereka tidak mampu untuk mengutamakan kepentingan bangsa, rakyat dan negara di atas kepentingan pribadi, keluarga, golongan/partai dan kelompoknya.
Isra\' Mi\'raj berlangsung di malam hari. Artinya, kesadaran Nabi SAW bangun di tengah kegelapan jiwa bangsanya yang dilanda krisis ketauhidan, iman dan moral. Kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela di Indonesia pun sebagai akibat krisis ketauhidan, iman dan moral yang awalnya menjangkiti kalangan elite politik dan kekuasaan. Lalu menular secara sporadis ke mana saja.
Kebanyakan pelaku KKN seperti orang sedang berjudi. Di benaknya khawatir bisa ditangkap aparat hukum, tetapi juga mengharapkan bersama bisa lolos dari jerat hukum dengan modus korupsi berjamaah. Meskipun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) gencar menggebrak, tetapi korupsi di negara kita ibarat gunung es. Itu akibat vested interest yang masih dipelihara elite politik dan kekuasaan. Mereka sangat miskin moral, empati dan iktikad baik untuk memperbaiki perekonomian rakyat yang terpuruk.
Menurut hadits Nabi SAW, belum bisa sempurna keimanan seseorang, kecuali jika telah sempurna akhlaknya (HR Muslim). Jadi moralitas seseorang berbanding lurus dengan imannya. Artinya, banyak pejabat dari elite politik /kekuasaan yang memerlukan imanisasi sebagai imunisasi terhadap pikiran-pikiran yang keji dan munkar agar tidak terjangkit penyakit KKN.
Cahaya keimanan dan amal saleh para pemimpin akan menerangi dan menunjukkan ke mana arah perjalanan bangsa kita. Berbagai macam kesulitan lengkap dengan masalah krusial bangsa ditambah bencana alam yang bertubi-tubi, boleh jadi membawa hikmah agar kita memperbaiki iman, ketauhidan dan moral yang selama ini sangat rapuh.
Menangkal godaan korupsi
Allah mengisra\'kan Nabi SAW dari masjid al-Haram ke masjid al-Aqsa bermakna agar kita mau mencari serta menemukan rumah Allah, bahkan sampai bertemu Allah (QS Al Insiqaq: 6). Di manakah istana Allah? Dia bertahta di dalam sanubari atau jiwa yang mengesakan Tuhan, berakhlak mulia dan bersih dari perbuatan buruk, keji serta munkar. Itulah sebabnya eksistensi Allah lebih dekat kepada manusia dibandingkan urat lehernya (QS Al-Waqiah : 85]
Allah memi\'rajkan Nabi SAW ke hadirat-Nya guna memberikan perintah shalat lima waktu sehari semalam untuk segenap umat Islam. Tidak pelak lagi, Nabi SAW pun mendapat pencerahan spiritual langsung dari Allah, sambil menyaksikan renik-renik kehebatan, kemegahan, keindahan, keserasian, dan kecanggihan sistem ciptaan Tuhan di dalam mikrokosmos maupun makrokosmos.
Sesudah kembali dari Sidrat al-Muntaha maka semakin kokohlah keimanan Nabi SAW dan kian sempurna pula akhlaknya. Kondisi jiwa ini bisa kita capai dengan menegakkan shalat, sebab shalat akan mencegah seorang muslim/ muslimah dari perbuatan keji dan munkar (QS Ankabut : 45).Bahkan melalui penegakan shalat inilah, makhluk manusia berpotensi untuk melakukan komunikasi langsung dengan Tuhan serta beraudiensi dengan-Nya.
Bacaan-bacaan dan ritual shalat memuat hikmah dan pesan moral yang mendalam. Hal ini akan mengasah kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) seseorang. Juga menajamkan kecerdasan spiritual (SQ) untuk mengerti bahwa KKN tidak akan pernah membahagiakan pelaku dan keluarganya. Justru KKN menjadi bom waktu multiderita di balik kesenangan temporer mereka.
Namun, maaf, realitasnya tidak sedikit orang muslim terlibat KKN. Padahal banyak di antara mereka yang rajin shalat lima waktu dan bertitel haji. Jadi di manakah akar persoalannya? Jika kalimat terkait dalam Al Quran kita cermati maknanya lebih mendalam, umat Islam bukan diperintahkan Tuhan untuk sekadar melakukan shalat, tetapi wajib mendirikan/ menegakkan shalat (QS Al-Baqarah : 43).
Mereka yang ber-KKN boleh jadi getol dalam melakukan ritual shalatnya. Tetapi tidak menegakkannya alias memiringkan shalat sehubungan niat (nawaitu)-nya tidak semata-mata mengharapkan perkenan Allah, karena visi dan misi shalat telah mereka korupsi untuk kepentingan egonya.
Mungkin pikiran bawah sadar (subconscious)-nya ingin dibilang sebagai orang saleh, suka dipuji, untuk kedok, pamer ibadah (riya), atau agar proyeknya goal. Karena tidak ikhlas, maka shalatnya tidak khusyuk, bahkan hanya seremonial. Dengan demikian mereka menjadi sasaran empuk bagi setiap godaan syetan, lalu tidak sabaran, sehingga terbius iming-iming miliaran rupiah dari hasil KKN.
Sebaliknya, ketika seorang muslim/ muslimah konsisten menyembah Allah secara tulus-ikhlas dan memohon rahmat serta ampunan Tuhan, maka Dia mengaruniakan power-Nya guna menangkal setiap perbuatan keji dan munkar dalam segala situasi dan kondisi. Jiwanya tetap tenang dan bebas dari kekhawatiran.
Seseorang yang giat berusaha serta bertawakal kepada Allah, niscaya meraih rizki halal yang tetap mengalir. Bisa mensyukuri setiap kurnia Tuhan, terasa mencukupi, merasa puas dan berbahagia. Wallahu\'alam bishawwab.
Penulis adalah Ketua Forum Studi dan Diskusi Lintas Agama (Forsdila), Kota Depok.
(Harian Umum Pelita)
Menurut catatan sejarah, peristiwa spektakuler Isra Miraj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-10 dari masa kenabian Muhammad SAW, atau tiga tahun sebelum beliau hijrah ke kota Madinah. Ini merupakan salah satu mukjizat terbesar dari kurnia Allah SWT, sesudah kitab suci Alquran. Peristiwa agung yang dikenang dan diperingati oleh sekitar 1,5 miliar umat Islam di dunia sekarang ini memuat pesan dan makna spiritual yang sangat mendalam.
Syahdan, perjalanan spiritual Isra\' Mi\'raj Nabi Muhammad SAW dimulai dari Masjid al-Haram di Mekah ke Masjid al-Aqsha di Palestina. Kemudian dilanjutkan naik (mi\'raj) ke langit menuju Singgasana Tuhan (Sidrat al-Muntaha) dan turun kembali ke Mekah menjelang dini hari, pada malam itu juga. Hingga kini masih banyak orang beranggapan, Isra\' Mi\'raj yang nyaris menembus ruang dan waktu tersebut, terlalu sulit untuk dipahami oleh akal pikiran manusia.
Andaikata perjalanan dari Mekah ke Palestina pada masa itu (600-an Masehi) ditempuh dengan kendaraan onta, konon butuh waktu sedikitnya 2 bulan. Nabi SAW bahkan masih harus melanjutkan ke langit tertinggi. Bagaimana mungkin bisa ditempuh hanya dalam tempo semalam?
Tetapi ini dapat dipahami jika dengan pendekatan iman, bahkan bisa juga melalui pemuasan akal manusia sebagai kurnia Tuhan. Dari aspek keimanan, Isra\' Mi\'raj jelas merupakan kekuasaan Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dari segi pemuasan akal, perihal itu bisa dianalogikan dengan seekor semut yang tidak mungkin berjalan dari Jakarta sampai ke Singapura, tetapi bila ia hinggap di baju seorang penumpang pesawat Singapore Air Lines, dengan cepatnya semut tadi sampai ke kota tersebut.
Kegelapan jiwa
Muhammad lahir ketika masyarakat bangsa Arab masih terjerat jaman jahiliyah/ kebodohan. Lebih-lebih, pada ruang lingkup kehidupan keberagamaan, khususnya dalam aspek ketauhidan karena mereka sudah terjatuh ke lembah kekafiran, kesyirikan dan kemusyrikan.
Berarti mereka telah mereduksi alias mengorupsi ajaran Nabi Ibrahim yang mengesakan Allah. Akibatnya mereka bebas kembali menyembah berhala, mabuk candu dan minuman keras, berjudi, berzina, main hakim sendiri, merampok dan perbuatan keji lainnya. Tradisi buruk tersebut telah merusak seluruh norma-norma serta tatanan sosial-kemasyarakatan sebelumnya dan praktis memorakporandakan sendi-sendi peradaban bangsa Arab.
Secara maknawi, itu tidak beda jauh dengan kondisi sebagian masyarakat bangsa kita. Terutama di antara para pejabat dari elite politik dan kekuasaan yang sejak lama telah memberhalakan jabatan, uang, kekayaan dan kekuasaan. Maka modus operandi apa pun nekat dilakukan demi meraih target obsesinya, sehingga mereka lupa bahwa didirikannya negara adalah untuk menyejahterakan rakyat. Akibatnya, mereka tidak mampu untuk mengutamakan kepentingan bangsa, rakyat dan negara di atas kepentingan pribadi, keluarga, golongan/partai dan kelompoknya.
Isra\' Mi\'raj berlangsung di malam hari. Artinya, kesadaran Nabi SAW bangun di tengah kegelapan jiwa bangsanya yang dilanda krisis ketauhidan, iman dan moral. Kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela di Indonesia pun sebagai akibat krisis ketauhidan, iman dan moral yang awalnya menjangkiti kalangan elite politik dan kekuasaan. Lalu menular secara sporadis ke mana saja.
Kebanyakan pelaku KKN seperti orang sedang berjudi. Di benaknya khawatir bisa ditangkap aparat hukum, tetapi juga mengharapkan bersama bisa lolos dari jerat hukum dengan modus korupsi berjamaah. Meskipun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) gencar menggebrak, tetapi korupsi di negara kita ibarat gunung es. Itu akibat vested interest yang masih dipelihara elite politik dan kekuasaan. Mereka sangat miskin moral, empati dan iktikad baik untuk memperbaiki perekonomian rakyat yang terpuruk.
Menurut hadits Nabi SAW, belum bisa sempurna keimanan seseorang, kecuali jika telah sempurna akhlaknya (HR Muslim). Jadi moralitas seseorang berbanding lurus dengan imannya. Artinya, banyak pejabat dari elite politik /kekuasaan yang memerlukan imanisasi sebagai imunisasi terhadap pikiran-pikiran yang keji dan munkar agar tidak terjangkit penyakit KKN.
Cahaya keimanan dan amal saleh para pemimpin akan menerangi dan menunjukkan ke mana arah perjalanan bangsa kita. Berbagai macam kesulitan lengkap dengan masalah krusial bangsa ditambah bencana alam yang bertubi-tubi, boleh jadi membawa hikmah agar kita memperbaiki iman, ketauhidan dan moral yang selama ini sangat rapuh.
Menangkal godaan korupsi
Allah mengisra\'kan Nabi SAW dari masjid al-Haram ke masjid al-Aqsa bermakna agar kita mau mencari serta menemukan rumah Allah, bahkan sampai bertemu Allah (QS Al Insiqaq: 6). Di manakah istana Allah? Dia bertahta di dalam sanubari atau jiwa yang mengesakan Tuhan, berakhlak mulia dan bersih dari perbuatan buruk, keji serta munkar. Itulah sebabnya eksistensi Allah lebih dekat kepada manusia dibandingkan urat lehernya (QS Al-Waqiah : 85]
Allah memi\'rajkan Nabi SAW ke hadirat-Nya guna memberikan perintah shalat lima waktu sehari semalam untuk segenap umat Islam. Tidak pelak lagi, Nabi SAW pun mendapat pencerahan spiritual langsung dari Allah, sambil menyaksikan renik-renik kehebatan, kemegahan, keindahan, keserasian, dan kecanggihan sistem ciptaan Tuhan di dalam mikrokosmos maupun makrokosmos.
Sesudah kembali dari Sidrat al-Muntaha maka semakin kokohlah keimanan Nabi SAW dan kian sempurna pula akhlaknya. Kondisi jiwa ini bisa kita capai dengan menegakkan shalat, sebab shalat akan mencegah seorang muslim/ muslimah dari perbuatan keji dan munkar (QS Ankabut : 45).Bahkan melalui penegakan shalat inilah, makhluk manusia berpotensi untuk melakukan komunikasi langsung dengan Tuhan serta beraudiensi dengan-Nya.
Bacaan-bacaan dan ritual shalat memuat hikmah dan pesan moral yang mendalam. Hal ini akan mengasah kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) seseorang. Juga menajamkan kecerdasan spiritual (SQ) untuk mengerti bahwa KKN tidak akan pernah membahagiakan pelaku dan keluarganya. Justru KKN menjadi bom waktu multiderita di balik kesenangan temporer mereka.
Namun, maaf, realitasnya tidak sedikit orang muslim terlibat KKN. Padahal banyak di antara mereka yang rajin shalat lima waktu dan bertitel haji. Jadi di manakah akar persoalannya? Jika kalimat terkait dalam Al Quran kita cermati maknanya lebih mendalam, umat Islam bukan diperintahkan Tuhan untuk sekadar melakukan shalat, tetapi wajib mendirikan/ menegakkan shalat (QS Al-Baqarah : 43).
Mereka yang ber-KKN boleh jadi getol dalam melakukan ritual shalatnya. Tetapi tidak menegakkannya alias memiringkan shalat sehubungan niat (nawaitu)-nya tidak semata-mata mengharapkan perkenan Allah, karena visi dan misi shalat telah mereka korupsi untuk kepentingan egonya.
Mungkin pikiran bawah sadar (subconscious)-nya ingin dibilang sebagai orang saleh, suka dipuji, untuk kedok, pamer ibadah (riya), atau agar proyeknya goal. Karena tidak ikhlas, maka shalatnya tidak khusyuk, bahkan hanya seremonial. Dengan demikian mereka menjadi sasaran empuk bagi setiap godaan syetan, lalu tidak sabaran, sehingga terbius iming-iming miliaran rupiah dari hasil KKN.
Sebaliknya, ketika seorang muslim/ muslimah konsisten menyembah Allah secara tulus-ikhlas dan memohon rahmat serta ampunan Tuhan, maka Dia mengaruniakan power-Nya guna menangkal setiap perbuatan keji dan munkar dalam segala situasi dan kondisi. Jiwanya tetap tenang dan bebas dari kekhawatiran.
Seseorang yang giat berusaha serta bertawakal kepada Allah, niscaya meraih rizki halal yang tetap mengalir. Bisa mensyukuri setiap kurnia Tuhan, terasa mencukupi, merasa puas dan berbahagia. Wallahu\'alam bishawwab.
Penulis adalah Ketua Forum Studi dan Diskusi Lintas Agama (Forsdila), Kota Depok.
(Harian Umum Pelita)
---
Latihan & Perundingan: www.alfalahconsulting.com
Perunding, Pensyarah & Motivator: www.ahmad-sanusi-husain.com
Perunding, Pensyarah & Motivator: www.ahmad-sanusi-husain.com
Pelaburan Saham Amanah Islam: www.islamic-invest-malaysia.com
No comments:
Post a Comment